NOWTOOLINE, LAMONGAN – Pro kontra mengenai besarnya anggaran pemugaran situs Makam Nyai Andong Sari yang diyakini Ibunda Gajah Mada semakin meruncing.
Seperti diketahui bahwa, Makam Ibunda Gajah Mada terletak di Dusun Dusun Cancing, Desa Sendangrejo Kecamatan Ngimbang, Lamongan, Jawa Timur.
Ketua Panitia Pembangunan Rudi Hariono, mengungkapkan, pemugaran makam tersebut menelan anggaran sebesar Rp. 2,2 Milyar. Menurutnya, dana lebih banyak diperoleh dari swadaya masyarakat.
Sedangkan dari Pemkab Lamongan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), dijelaskannya, akan digelontorkan senilai Rp.190 juta tapi belum terealisasi.
“Disparbud Lamongan hanya mengucurkan Rp. 190 juta saja. Namun sampai sekarang belum juga cair,” ujar Rudi, Senin (4/4/2022).
Rudi mengingatkan, pada dua rekannya yang telah melontarkan kritik tajam atas pemugaran makam tersebut. Rekannya itu, beranggapan bahwa Pemkab tak punya kepekaan.
“Mereka menganggap Bupati Lamongan mengabaikan skala prioritas sebagaimana yang telah dicanangkan sebagai program andalan,” katanya.
Kegusaran Rudi menghadapi kritikan yang dilontarkan oleh Mustaqim dan Muhammad Nursalim dinilai terkesan berlebihan dan emosional.
Bahkan Rudi, sepertinya tanpa malu mengajak Mustakim untuk menyumbang. Sementara itu, dirinya juga tak berani terbuka berapa besaran dana yang disumbangkan untuk pembangunan Makam Nyai Andongsari.
Dari penjelasan yang disampaikan oleh Rudi Hariono selaku Ketua Panitia Pembangunan Makam Nyai Andong Sari mengundang perhatian salah satu Ketua Aliansi LSM Lamongan.
Mifta Zaini mengatakan dirinya pesimis dan tak masuk akal jika masyarakat mau diajak gotong-royong untuk membangun Makam Ibunda Gajah Mada.
Padahal, ungkap Mifta, sesungguhnya masih ada persoalan serius dan lebih penting karena pemugaran situs tersebut masih bisa ditunda.
Bahkan, menurutnya, lebih baik swadaya itu dipergunakan untuk membangun jalan kampung yang rusak dan susah untuk dilewati manusia.
“Pakai akal sehat dong. Masak jalan kampung sekitar saja amburadul masyarakat malah diajak “ndandani” Makam. Apakah nggak mending swadaya itu untuk menambal jalan kampung yang tak layak dilewati manusia,” ujarnya.
Bahkan, Mifta mengemukakan, pernyataan yang disampaikan Rudi sebagai Ketua Pembanguan Makam Nyai Andongsari sangatlah arogan dan terkesan anti kritik.
“Pernyataan Rudi (dikutip dari portal Realita.com) terkesan sangat arogan dan meremehkan kritik yang disampaikan teman-teman,” kata Mifta menanggapi sikap Ketua Panitia Pembangunan Makam Nyai Andong Sari.