News  

Pembangunan Situs Makam Ibunda Patih Gajah Mada Dinilai Tak Memiliki Sense of Social Crisis

Bupati Lamongan Yuhronur Efendi usai melakukan peletakan batu pertama pertanda dimulainya pemugaran atau pembangunan di situs Makam Mbah Ratu (Nyai Andong sari) yang diyakini Ibunda Patih Gajah Mada, (Foto : Prokopim Lamongan)

NOWTOOLINE, LAMONGAN – Pembangunan atau pemugaran situs Makam Mbah Ratu (Nyai Andong Sari) di Dusun Cancing, Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang dinilai sebagai langkah gegabah yang dan tidak memiliki Sense Of Social Crisis.

Karena pemugaran situs yang diyakini masyarakat Kabupaten Lamongan sebagai ibunda Patih Gajah Mada itu direncanakan menelan biaya yang tidak sedikit, kurang lebih Rp. 2,2 Milyar.

Padahal krisis sosial yang terjadi di Lamongan harusnya di pertimbangkan. Sehingga pemugaran situs masih bisa ditunda ketika sudah memungkinkan.

Meskipun tujuan dari pemugaran situs tersebut untuk menjadikan kawasan ini tidak hanya menjadi wisata yang bernilai religi. Melainkan juga mampu merepresentasikan sejarah kejayaan nusantara yang berhasil disatukan oleh Patih Gajah Mada.

 

Untuk diketahui bersama, bahwa Bupati Lamongan Yuhronur Efendi melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Cungkup situs Makam Nyai Ratu Andongsari, Senin (28/3/2022) kemarin.

Mustaqim menilai, dana sebesar Rp. 2,2 milyar lebih itu alangkah baiknya dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan yang ada di wilayah Lamongan bagian selatan yang banyak mengalami rusak parah. Tapi mengapa, menurutnya, Pemkab Lamongan lebih memprioritaskan  pembangunan yang belum terlalu urgent (mendesak).

“Saya sangat mendukung dan mengapresiasi Pemkab Lamongan dalam hal meruwat dan merawat peninggalan sejarah. Amat saya sayangkan, jika Pemkab Lamongan tidak peka terhadap krisis sosial yang terjadi,” ucap Cak Takim, Kamis (31/3/2022).

Tak cukup sampai disitu saja, kritik tajam, pedas dan membangun juga dilontarkan oleh salah satu anggota LSM di Kabupaten Lamongan. Muhammad Nursalim menilai, Pemkab Lamongan tidak menggunakan skala prioritas.

Bahkan, menurutnya, terkesan hanya ingin Ngopeni (memelihara) sekelompok kecil yang menjadi tim suksesnya saat Pilkada 2020 lalu. “Kayak sudah gak ada lagi pembangunan yang menjadi skala prioritas. Padahal yang urgent masih ada diantaranya, infrastruktur jalan, drainase dan banjir,” ujar Cak Nur.

 

Sementara itu, salah satu pegiat budaya dan tokoh pemuda yang lama berkecimpung dalam hal situs sejarah dan arkeologi, Supriyo mengungkapkan, masih banyak situs-situs sejarah di Lamongan yang nasibnya masih terbengkalai dan belum mendapatkan perhatian yang memadai dari Pemkab Lamongan.

“Salah satunya situs megalitik punden berundak (petilasan Joko Modo) di Desa Mojorejo, Kecamatan Modo yang sampai saat ini belum ada cungkupnya,” tutur Priyo menanggapi terkait pembangunan situs Makam Mbah Ratu (Nyai Andong Sari) yang diyakini Ibunda Patih Gajah Mada.