Daerah  

Pengunjung Rebutan Kupat di Festival Kupatan Lamongan

Pengunjung Festival Kupatan memperebutkan salah satu dari empat Gunungan Kupat yang telah diarak oleh 17 warga desa se-Kecamatan Paciran, Sabtu (29/4/2023).

NOWTOOLINE, LAMONGAN – Festival Kupatan di Tanjung Kodok Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur sukses menarik animo pengunjung hingga memadati seisi halaman Parkir Timur Wisata Bahari Lamongan (WBL).

Bahkan empat gunungan kupat yang sebelumnya diarak oleh 17 desa se Kecamatan Paciran telah habis diperebutkan ribuan pengunjung dari berbagai kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.

Tak hanya itu saja, masakan menu Kupat Sayur Paciran yang disajikan oleh Indonesian Chef Association atau ICA juga habis diserbu pengunjung yang memadati halaman Parkir Timur WBL.

Drama Kolosal Sejarah Kupatan Tanjung Kodok yang menampilkan kisah dakwah Raden Nur Rahmat atau Sunan Sendang Dhuwur dengan salah satu ajarannya yakni Kenduri Kupatan juga berhasil menyita perhatian ribuan pasang mata pengunjung.

Bupati Lamongan Yuhronur Efendi berharap masyarakat dapat mengambil makna dari budaya kupatan yang diartinya ngaku lepat atau mengaku salah. Menurutnya, manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan, sehingga harus saling memaafkan dan guyub rukun.

“Terima kasih, masyarakat ternyata antusias sekali. Artinya budaya kupatan di Pantura ini tetap terus dipelihara dengan baik,” ucap Pak Yes usai membuka Festival Kupatan di halaman Parkir Timur WBL, Sabtu (29/4/2023).

Terlebih lagi, Pak Yes menyampaikan, adanya pertunjukan Drama Kolosal Sejarah yang menceritakan Sunan Sendang Dhuwur dan adanya ajaran Kenduri Kupatan yang didakwahkannya.

Dari sejarah yang ditampilkan, Pak Yes menyampaikan, terdapat filosofi Kupat yang memiliki empat sisi dan empat sudut. Artinya ungkapan rasa syukur karena telah melakukan rukun islam yang ke empat yakni puasa.

“Ini juga menjadi pengingat, bahwa kita telah menahan empat hawa nafsu yakni amarah, aluamah, sufiah dan mutmainah. Sehingga akan semakin memahamkan kita semua agar lebih tahu tentang budaya dan yang dilaksanakan oleh masyarakat,” katanya.

Pak Yes mengatakan, festival ini menjadi tradisi masyarakat pesisir Paciran yang merupakan simbol perayaan riyoyo kupat karena bertepatan dengan 7 Syawal Tahun 1444 Hijriah ini.

“Semoga budaya ini dapat tetap terjaga dan dilestarikan dengan baik. Karena Festival ini telah menjadi salah satu dari 15 rangkaian event unggulan dari Provinsi Jawa Timur tahun 2023 yang telah dikurasi pada bulan Oktober 2022 lalu,” ujarnya.

Pak Yes menyebutkan, Lamongan telah memiliki Kalender Event Pariwisata atau event kebudayaan yang sudah tertata dan terjadwal di tahun ini. Dia berharap event tersebut bisa berjalan dengan dengan baik.

“Kita harapkan citra pariwisata semakin bagus agar orang bisa datang ke Lamongan. Sehingga bisa meningkatkan kunjungan wisatawan,” katanya.

Ke depan, Pak Yes juga menyampaikan, akan terus menampilkan festival seperti budaya kupatan ini agar geliat perekonomian masyarakat di wilayah pantura semakin meningkat. “Next, akan ada festival-festival yang lain yang menjadi agenda di pantura. Seperti Festival Rajungan dan Festival Pindang,” ujarnya.

Festival Kupatan di Tanjung Kodok, Kecamatan Paciran, Lamongan berlangsung meriah. Terdapat beberapa desa yang dinobatkan sebagai pemenang dari hasil kreasi ketupat yang ditampilkan.

Beberapa desa tersebut dinilai menjadi peserta festival paling inovatif dan kreatif dalam menyajikan ketupat. Diantaranya Desa Sumurgayam yang meraih juara 1, Desa Kranji yang meraih juara 2, Desa Sendangduwur juara 3

Kemudian, Kelurahan Blimbing meraih juara harapan 1, Desa Sidokelar sebagai juara harapan 2 dan Desa Kemantren sebagai juara harapan 3. Penghargaan tersebut diserahkan langsung kepada para pemenang oleh Pak Yes.

“Selamat bagi para pemenang. Alhamdulillah, festival kupatan yang digelar pada 1444 H. Semoga mampu mengobati kerinduan masyarakat sejak pandemi Covid-19 lalu,” ucap Pak Yes.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Lamongan Situ Rubikah menyatakan digelarnya Festival Kupatan ini sebagai penyemangat untuk dapat terus melestarikan tradisi dan budaya juga memajukan dunia pariwisata di Kabupaten Lamongan.

“Festival ini mengkolaborasikan potensi budaya, kesenian dan produk ekonomi kreatif khas pantura yang dikemas dalam satu rangkaian acara. Kami berharap ini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan di Lamongan,” ucap Rubikah.

Festival Kupatan yang merupakan tradisi dari masyarakat pesisir pantura Lamongan ini, Rubikah mengatakan, telah dikemas oleh Pemkab Lamongan menjadi sebuah event Festival Kupatan sejak tahun 2016 lalu.

“Festival ini diikuti oleh 17 peserta dari seluruh desa di Kecamatan Paciran yang diiringi pagelaran kesenian pantura yang terdiri dari Jaran Jenggo, Tongklek dan Terbang Jidor,” katanya.

Drama Kolosal Sejarah Kupatan Tanjung Kodok berhasil menyita perhatian pengunjung karena menceritakan perjuangan Sunan Sendang Dhuwur dalam menyiarkan agama Islam.

“Sejarah kupatan ini sangat luar biasa dan menarik sekali. Mudah-mudahan event ini ke depan akan lebih kita tingkatkan agar wisatawan tertarik dengan budaya yang ada di Kabupaten Lamongan khususnya di pesisir Pantura ini,” ujarnya.

Ditempat yang berbeda, Sekretaris Daerah Kabupaten Lamongan Muhammad Nalikan saat memberangkatkan 17 peserta Pawai Budaya Gunungan Kupat di Pelabuhan ASDP Paciran mengatakan bahwa Pawai Budaya Gunungan Kupat merupakan budaya yang harus dilestarikan untuk menghidupkan budaya masyarakat pantura.

“Pawai ini patut kita syukuri dan lestarikan karena sebagai bentuk nguripno budaya masyarakat pantura. Festival Kupatan ini memiliki filosofi yang baik dan harus diketahui oleh anak-anak kita untuk mengutarakan budaya bahwa manusia tidak luput dari kesalahan,” tutur Nalikan.

Kupat yang ditampilkan dan disuguhkan dalam Festival Kupatan di Tanjung Kodok Lamongan ini pun memiliki jenis yang beragam seperti kupat beras, kupat ikan, kupat minang, kupat kura-kura, lepet yang terbuat dari ketan dan lainnya. Bahkan, kupat-kupat yang dianyam dengan janur itu juga memiliki bentuk dan rupa yang bermacam-macam.