NOWTOOLINE, LAMONGAN – Praktisi Spiritual menyesalkan pemugaran cungkup atau atap yang menaungi Makam Nyai Andong Sari diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya.
Sehingga, atas pemugaran situs makam yang diyakini warga setempat merupakan Ibunda Patih Gajah Mada di Dusun Cancing, Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang menuai pro dan kontra.
Tak hanya itu, pemugaran cungkup makam tersebut dianggap telah keluar dari prinsip meruwat dan merawat situs itu sendiri. Bahkan berpotensi menghilangkan “kesakrakalan” dan orisinalitas sejarah.
“Kalau mau merawat cungkup makam, tidak seharusnya ada pembongkaran bagian tersebut. Kenapa, agar nilai keaslian cungkup itu sendiri tidak hilang,” tutur Harun Setiawan, Ketua Laksus Gajah Mada Jatim, Kamis (14/4/2022).
Secara spiritual, Iwan menilai, jika pemugaran diserahkan pada orang yang bukan ahlinya maka kehancuran yang diakibatkan tinggal menunggu waktu.
Bisa jadi amblesnya Jembatan Ngaglik1 Lamongan, tutur Iwan, erat kaitannya dengan pemugaran cungkup dan pemotongan dua pohon besar yang ada di area makam.
“Dipotongnya dua pohon besar yang ada di area makam itu menunjukkan ketidakmengertian sang pengelola dan tidak pahaman terhadap sejarah,” katanya.
Selain itu, lanjut Iwan, dua pohon besar itu diyakini sebagai penjaga dengan simbol Macan dan Ular. Selain sebagai penjaga, tuturnya, pohon tersebut juga sebagai tempat berteduhnya sang Ibunda Patih Gajah Mada.
“Percaya tidak percaya. Sejak dipugarnya cungkup dan dipotongnya dua pohon besar itu, wajah Kabupaten Lamongan tampak suram,” ujarnya.
Iwan menegaskan, seharusnya pihak Pemkab Lamongan tidak sembarangan menunjuk orang untuk meruwat dan merawat.
“Kami sangat menyesalkan, pemugaran cungkup makam Nyai Andong Sari dilakukan orang yang bukan ahlinya,” ucap Iwan, salah satu Praktisi Spiritual Lamongan yang saat ini tinggal di Surabaya.