NOWTOOLINE, LAMONGAN – Yayasan Pendidikan Pesantren Intisyarul Ulum dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Nusantara tak ingin mengabaikan hak siswa dari kalangan masyarakat kurang mampu maupun ekonomi menengah ke bawah dalam mendapatkan pelayanan pendidikan.
Untuk itu, yayasan dan lembaga sekolah yang berada di Desa Kemlagigede, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ini lebih banyak mengandalkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam membiayai operasioanl rutin sekolah.
“Rata-rata siswa itu dari masyarakat kalangan tidak mampu. Bahkan ada yang dari keluarga broken home dan yatim piatu. Tapi kami tidak ingin abaikan keinginan mereka mendapatkan pendidikan yang layak,” kata Ketua Kepala SMK Nusantara Nursali, Senin (8/11/2021).
Selama siswa mengenyam pendidikan di SMK Nusatara, Nursali mengaku, tidak pernah memungut biaya operasional rutin sekolah. Karena, menurutnya, lembaga sekolah yang memiliki 164 siswa serta terdiri dari Jurusan Perkantoran dan Tata Busana itu mengandalkan dana BOS.
“Jadi di lembaga kami itu, tanpa memungut biaya pendaftaran, SPP, uang gedung dan uang praktek selama 3 tahun. Padahal biaya terbesar untuk mengenyam pendidikan menengah atas adalah SMK, karena ada prakteknya. Tapi kita bisa mengatasi hal itu,” ujarnya.
Diawal masa pandemi Covid-9 melanda Indonesia khususnya Kabupaten Lamongan, Nursali mengaku, sejumlah siswa jurusan Tata Busana telah memproduksi masker.
“Meski, nggak bisa memproduksi dalam jumlah besar, intinya anak-anak sudah memiliki kreativitas untuk mau belajar mandiri,” ucapnya.
Nursali menyampaikan, saat ini masih banyak yang harus dilengkapi untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar selama di SMK Nusatara. Diantaranya, ruangan perpustakaan, ruang BK (bimbingan dan konseling) dan ruang aula.
“Tahun ini kita mendapatkan bantuan dari SKPD Pemrov Jatim senilai Rp. 350 juta untuk pembangunan lantai 2 berikut kursi standart untuk pertemuan dan papan whiteboard,” tutur Nursali, Kepala SMK Nusantara Desa Kemlagigede, Turi, Lamongan.